Senin, 09 Mei 2011

Syair Uis Elveti II

Ada jejak-jejak yang menapak dalam bathinku
Melukiskan puing-puing yang hancur
Terbakar khianat kala itu

Kala hati ingin berlari..
Mengejarmu waktu itu..
Kala kumenemukanmu..
Mengapa kau hanya terdiam…
Sekian waktu ku menepis bayanganmu..
Tapi tak jua kau datang..
letih..letih
hatiku karna dirimu..
terurai airmata..yang akhirnya mengering..
dan tak berair lagi..

ketika aku melangkah dalam kehampaan,
kau menari-nari di kepalaku dengan sebuah senyuman,
namun semua itu tersirami oleh pahitnya kenyataan,
kenyataan diman kita harus berpisah demi hidup kita masing-masing???
akankah TUHAN dapat memberi kebijakan-NYA???
sehingga kita dapat bersama untuk selamanya???

Ku coba kuatkan hatiku….
Tak ku biarkan air mata ini menetes…
Aku tak ingin meratapi kesedihanku
Aku tak mau tangisi penderitaanku
Kau…
Beri noda di hidupku
Kau…sakiti jiwaku
Apa yang sebenarnya kau iginkan?
Kau telah memiliki pendamping hidup
Tapi mengapa kau beri aku harapan semu?
Bila memang tak pernah ada cinta untukku
mengapa kau dekati aku? Mengapa kau buat seolah2 mencintaiku?
Oh Tuhan…
Apa dosaku?
Mengapa KAU beri aku penderitaan
yang sesungguhnya aku tak mampu menghadapinya
Mengapa KAU pertemukan aku dengannya?
Mengapa KAU buat aku mencintainya?
Yang bila pada akhirnya,aku kecewa…aku terluka…
Aku tak pernah lelah bertanya padaMU
apa salahku…?
apa dosaku… Tuhan?
Aku tak mampu Tuhan…
Ku mohon hentikan semua ini…
Aku tak sanggup…
Please…

Mengapa masih ada air mata mengalir
ketika cintaku ikhlas kulepas
Mengapa masih ada rindu
ketika kau tak ada lagi di sisiku
Mengapa harus ada amarah
ketika kau tak pedulikanku
Mengapa harus ada kata mengapa
ketika semuanya aq coba lepaskan
ketika semuanya aq ikhlaskan
ketika aq coba mwnghapus bayanganmu dalam benakku
kenapa masih ada pengharapan
ketika tak mungkin ada harapan
Bantu aq ya Allah
untuk bisa melupakan semua
untuk bisa mengahapus semua kenangan
hingga tak pernah ada rasa sakit yang begitu dalam
hingga tak ada lagi kata MENGAPA ……..


Tanpa Mu
Kini…
Hari berlalu perlahan tanpa mu di sisi
Surat-surat elektronik telah kusalin ke dalam CD
Kemas dan tersusun menjadi arkib di dalam laci
Menjadi koleksi
Baru semalam kudengar getar suaramu terakhir bagiku
Bertanya khabar – gembira atau dukakah aku
Mengharap sayu sinar mata dan kerdipan ungu
Yang tak mungkin terjadi kerna aku insan dalam terharu
Tetap tabah, pasrah dan redha pada yang tentu
Bagaimana dapat kujawab semua persoalan itu
Pasti kepuraan menjelma laju menutup pilu
Ya, aku ok, mari kita lupakan cerita dulu
Kerna airmata telah kering dalam sebak rasa
Kerna perjalanan jauh pasti meredah gelora
Dan kau, harapku yang satu, pelihara diri
Kerna arahmu dan arahku kini suatu realiti
Dan kau, pintaku, lupakan segala mimpi
Kerna aku telah sedia menghadap hari-hari baru
Tanpa mu

Aku Mencintaimu Karena Dirimu Adalah Cinta
Cinta ku bersahaja
Memecah berhamburan di tepian padang safana
Merongga dan mendekam di sebidang bahu
Kala kau menyandarkan sebilah wajahmu di bahu ku
Pendar mata mu adalah selaksa bayangan hasrat dan bunga setaman jiwaku
Menyatu pada rangkaian sabda para dayang dayang di tepian nirwana
Dan ku pun luruh
Memahat kerinduan akan kebersamaan yang tak pernah terlupakan
Wahai penilam cahaya asmara hati ku
Akan ku raih biduk – biduk kemesraan dalam balutan kasih sayang mu
Akan kurangkum bayang – bayang rautan kegelapan
Demi melihat seutas senyum penderma ceria yang terpancar dari kelopak bening mata mu
Wahai bidadari kehidupan ku
Akan ku gores tepian langit
Memahat dan membentuk rarakan mega dengan rautan wajah mu
Agar ketika ku pandang langit
Ku lihat dirimu bersepuh dengan kelipan serakan bintang
Mungkin di suatu masa
Kita akan menyemai kelopak kelopak kuncup asmara
Menyerbuknya bersama
Hingga menjadi putik – putik bunga kesucian cinta kita
Dan di akhir sepenggalan jarak ajal yg terjemput
Akan tergetas baitan kataku yang bermakna padamu
Selirih getar dari kedalaman nurani ku kuucap
” aku mencintaimu karena dirimu adalah cinta”

Tentang Kehilangan, Tentang Pengorbanan
Ceritakan padaku tentang pedihnya sebuah kehilangan
Yang terbang diatas awan senja merah saga
Dan menyisakan ngilu menikam didada
Dalam derap waktu yang bergegas
Agar segera kubaluri hatimu
Dengan sejuk bening embun
Dan tulus cintaku
Ceritakan padaku tentang perihnya sebuah pengorbanan
Yang membakar habis segenap asamu
Dan meninggalkan sepotong lara mengendap di dasar kalbu
Agar kubuatkan untukmu
Rumah diatas awan
tepat dipuncak larik pelangi
Yang kubangun dari setiap desir rindu dan
Khayalan merangkai impian bersamamu
Dari bilik hatiku, yang senantiasa percaya
Kebahagiaan kita adalah
keniscayaan tak terlerai

Penyair kini telah mati
Tiada guna berkata manis
tapi tak membuahkan harapannya
Penyair hanya sang kata yang terbang
dulu.. dianggap kata yang agung dan terpuji
Tapi sekarang ibarat abu yang membumbung dan dimaki
“Aku ingin dunia tahu apa itu cinta”
“Aku ingin menjadi penyair yang sejati”


Aku lelah menempuh badai kehidupan
Lemah mengepak sayap
Hingga berlabuh di dangau tuak yang membuatku mabuk
Terlenaku berenang renang di telaga kepalsuan
Yang melambungkan anganku hingga terpental jauh dari kenyataan………
Rasa asing membuat kebodohanku tertera
Semakin aku tak kenal diriku sendiri
Hujaman kebohongan masih saja kunikmati
Walau ku telah terluka………..
Ku rasa sayap lemah nan semakin lelah
Betapa ku sangat rindu pulang
Menangis di pangkuan Ilahi………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar