Malam semakin bersikap dingin
Pada penyair yang lemah itu
Yang memandang pasrah pada langit
Disana hanya ada awan berarak
Hitam dan dingin seperti kematian
Ia semakin pasrah
Seperti pesakitan yang menghadapi pancungan
Karena waktu telah mengurungnya dalam malam
Yang semakin berjelaga
Membalut dingin, meremukkan tulang
Penyair itu berusaha bebas
Memberontak dengan sisa harapan
Yang semakin memudar disiram embun
Dengan satu sentakan ia berhasil bebas
Ia mendobrak tabir kegalauan
Lepas dari semua kegelapan
Namun bukan raganya
Melainkan hanya jiwanya
Ketahuilah kawan
Jiwa seorang penyair takkan pernah bisa mati
Ia bebas
Merdeka dari segala himpitan
Tak tergoda dengan hingar binger kemewahan
Jiwa sang penyair
Lepas, membersihkan malam yang berjelaga
Kini dengan penanya ia menari
Menanam sejuta bintang di langit
Merentang cahaya rembulan dari zenith hingga nadir
Jiwa sang penyair
Kini ia mampu memalui malam hingga jauh
Memberi cahaya pada mimpi
Cahaya harapan yang baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar